Senin, 11 April 2016

Cerita Bersambung Wild Love Episode 5

Ibuku, Cintaku, Kekasihku


Kleeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeek............ Deg janntung serasa berhenti berdenyut, semua tempat tampak begitu gelap. Kenapa kamar tamu gelap sekali, dimana Ibu sebenarnya. Klik ....Kunyalakan lampu kamar tamu dan tak kutemukan keberadaan Ibu. 

“Bu...... Ibu.......” 

“Ibu dimana to?”teriaku memanggil Ibu

“Di kamar tamu depan nak....” terdengar suara Ibu dari dalam kamar tamu depan

Hadeeeeeeeh, kenapa ini telinga tadi aku dengar Ibu teriak seakan-akan dikamar tamu belakang. Hantu? Hiiiiiii.......Mungkin telingaku yang kurang jelas dalam mendengar. Di rumahku ini ada dua kamar tamu, sebenarnya cuma satu kamar tamu dan yang satunya lagi adalah kamarku sampai umur 12 tahun. Baru kemudian aku meminta kepada orang tuaku untuk dibangunkan kamar dilantai yang lebih tinggi. Bekas kamarku pun dijadikan kamar tamu, sehingga terdapat dua kamar tamu, kamar tamu depan dan kamar tamu belakang. Ku melangkah ke sumber suara dimana Ibu berada, ketika sampai didepan kamar tamu. 

Go go power rangers <melodi> ....Go go power rangers <melodi> .... Go go power rangers .... the mighty morphin power rangers.....bunyi telepon cerdasku berbunyi, kulihat sebuah nama yang tak asing lagi, Rahman.

“Bu bentar gih, mau angkat telepon dulu” teriakku, tak ada jawaban dari kamar tamu depan, aku melangkah ke ruang tamu.

“Tumben kang, Ada apa kang?”

“MMC punyamu rusak? Hahahahahahahaha.... tenang aja masih kang file-nya, memangnya tidak di simpan di komputer kang?”

“Kamu format ulang?lupa kamu pindah ke-D (baca Drive D)”

“Oke oke kang, besok ya aku mau mengantar Ibu kundangan dulu” klek... suara telepon cerdasku pertanda aku menutup telepon. Ada-ada saja kang Rahman, format ulang komputer sampai lupa pindahin semua file-file dari Drive C ke Drive yang lain. Membuat hatiku tertawa terpingkal-pingkal. Dengan masih menahan geli karena ulah kang Rahman yang “menangis” sambil meneleponku hanya gara-gara file video panas, aku melangkah balik menuju kamar tamu depan. Dan.....

Kamar yang terang tampak beberapa poster Batman, Superman, Robo Cop masih tertempel di dinding kamar ini, kamarku ketika aku masih berusia belia. Susunan kamar masih tampak sama dengan yang dulu, hanya saja kesan anak kecil sudah disulap menjadi kamar untuk orang dewasa. Sinar lampu yang terang berwarna putih membuat seisi kamar ini tampak begitu jelas. Pandanganku yang semula menelusuri kamar ini tertahan, terhenti pada sebuah pemandangan. Kulihat seorang wanita paruh baya nan Ayu, cantik berpakaian kebaya warna putih, ya dia Ibuku.
Wild Love - Dyah Ayu Pitaloka
Ilustrasi Tokoh Dyah Ayu Pitaloka
Wanita dengan tinggi tubuhnya kira-kira 155 cm. Aku bisa memperkirakan tinggi tubuh ibuku karena ketika aku berada disamping Ibu, tinggi Ibu hanya sebatas tengah-tengah leherku. Pandanganku semakin berkeliling, balutan jarit warna coklat bermotif batik tulis pada bagian bawahnya sangat serasi dengan kebaya putih yang membungkus tubuh wanita. Riasan yang sederhana, tanpa sanggul hanya rambut yang digelung kebelakang hingga membuat leher jenjang indah itu tak tertutup rambut. Tampak sedikit rambutnya terurai kedepan menutupi sedkit wajah putih cantiknya. Kulitnya yang putih serasi dengan apa yang dipakai oleh wanita yang berada dihadapanku. Payudara? Jujur saja aku belum bisa memastikan berapa ukurannya karena memang aku belum pernah memegang dan menanyakan kepada Ibuku. HEI HEI! kenapa pikiranku menjadi mesum seperti ini, tujuanku masuk ke kamar ini kan untuk membereskan kamar tamu membantu Ibu dan menunggu eksekusi amarah dari Ibu.

Wanita dengan wajah sendu itu kemudian berdiri, secara perlahan layaknya adegan slow motion wanita itu mendekat ke arahku. Dengan senyuman nan elok kepadaku, Ibu semakin dekat. Dengan jarak kurang dari 1000 milimeter, Ibu mengulurkan jari manis tangan kirinya. Tampak cahaya di wajahnya yang berbalutkan sinar kebahagiaan dan kasih sayang. Terpancar cinta seorang wanita kepada laki-laki.

“Ibu menunggumu terlalu lama”

“Sudah membeli cincin yang Ibu inginkan?” Suara yang lembuuuuuuuut sekali berbeda sekali dari yang pagi meluncur dari bibir indah bergincu tipis berwarna merah jambu.

Aku masih terdiam, melihatnya membuatku masih tertegun dengan apa yang aku lihat. Kecantikan khas dari daerah tempat tinggalku dengan sedikit tambahan kecantikan perpaduan dari negara lain.

“Naaaak....” suara lembut itu kembali mengalir dari bibir merah jambu itu.

“Ibu.... Ayu banget (cantik sekali) ” kataku lirih, hanya dibalas dengan senyuman Ibu kepadaku.

“Mana?” lanjut Ibuku

Kuambil kotak kaca yang berisikan cincin yang diinginkan Ibuku, sama persis dengan gambar yang diberikan kepadaku. Ketika aku mengeluarkan cincin itu, ibu semakin mendekat dan mengulurkan jari manis tangan kirinya kepadaku. Terasa sedikit aroma wangi parfum yang khas dari bunga melati dengan sedikit wangi dari bunga yang lain, entah bunga apa itu.

“Coba nak kau pakaikan cincin itu kejari Ibu nak” lembut suara itu kembali mengalir, suara yang seakan-akan telah di bubuhi pelembut pakaian.
Mendengar perintah Ibu aku langsung membuka kotak cincin pesanan Ibu. Kuambil dengan kedua jariku. Dengan sedikit gugup dan sisanya adalah sangat gugup, aku kemudian memakaikannya. Perasaan yang sangat gugup sekali hingga ketika aku memegang tangan itu serasa terpeleset berkali-kali walau pada akhirnya terpasang. Jelas saja, aku tidak pernah melihat Ibu secantik malam ini dan sangat berbeda jika dibandingkan dengan hari-hari sebelumnya. Dan hap, cincin itu terpasang tapi dan dengan amat sangat tiba-tiba kulihat ada air yang keluar dari matanya turun deras seperti terpeleset karena mungkin sangat halusnya pipi Ibu .

“Hiks hiks... terima kasih nak ini kado terindah yang pernah Ibu dapatkan” sambil memandangku dan memegang pipiku kananku dengan lembut.

“Sekarang Ibu menjadi milikmu sekarang.... Ibu akan menjadi wanitamu, dan akan menjadi wanita pertamamu” ucap Ibu dengan wajah yang basah karena air matanya

“Ibu tahu ini salah, tapi Ibu sudah terlanjur terlalu sayang dengan kamu nak, kamu yang selama ini selalu memberi perhatian lebih kepada Ibu ketika ibu harus sendiri menanggung beban perih di hati Ibu”

“Ibu telah terjebak, di dalam hal yang tidak seharusnya, tetapi Ibu sudah memutuskan”

“Kamu selalu berikan apa yang selama ini Ibu idam-idamkan dari seorang laki-laki yang sebelumnya belum pernah Ibu dapatkan dari laki-laki manapun, dan kamu benar-benar memberikan kado yang indah buat Ibu nak”

“Sekarang ...... dan ....selanjutnya Ibu akan selalu bersamamu... asalkan kamu selalu memegang janji kamu untuk selalu menyayangi Ibu.... Ibu milikmu” lanjut Ibu dengan air mata yang menetes mengalir di pipinya.

Aku terdiam, aku peluk Ibuku. Kupeluk erat tubuh Ibuku serasa tak ingin melepaskannya.

“Bu semalam semestinya Arya tidak melakukannya.... Arya sayang banget sama Ibu” ucapku terpotong dengan posisi memeluk Ibuku, melingkarkan kedua tanganku dipinggangnya dan kepala Ibu bersandar tepat di dadaku. 

“Semua telah terjadi, dan Ibu telah berbuat kesalahan karena menyayangimu berlebihan, melebihi rasa sayang seorang Ibu kepada anaknya, Ibu mohon sayangi Ibu seperti rasa sayang Ibu kepadamu nak” potong Ibuku

“Semalam ya karena semalam Ibu yakin kamulah laki-laki yang bisa memberi kebahagiaan keapada Ibu” lanjut Ibu

“Bu bukankah seharusnya Arya, selalu menyayangi Ibu....” 

“Ibu akan ceritakan semuanya asal kamu mau memperlakukan Ibu selayaknya kekasihmu, kasih sayang terhadap seorang wanita, Jika itu kamu benar-benar sayang Ibu, jika tidak segeralah tinggalkan kamar ini” potong Ibuku

Aku jatuh cinta ke Ibuku? ya aku memang mencintainya sebagai seorang Ibu, tapi mendengar pernyataan itu, aku merasakan ada sesuatu yang berbeda dari diriku. Aku.... Aku..... ya aku terlalu sayang Ibu.

“Bu....” ucapku.

Kuberanikan menggerakan tanganku, ku angkat dagu Ibuku dengan tangan kananku dan kucium lembut, sangat lembut dan Ibu membalasnya dengan ciuman yang lebih lembut layaknya seorang wanita mencium kekasihnya dengan penuh rasa cinta. Ibu memejamkan matanya, tapi aku terus membuka mataku untuk selalu menatapnya. Semakin lama kurasakan semakin tak terkendali ciuman antara kami berdua. Aku sudah tidak peduli dengan pintu kamar tamu yang masih terbuka. Aku terus menciumnya dan menciumnya, menyedotnya begitupula dengan Ibu. 

“Emmmmmmmmmm..........” desahan Ibuku mulai kudengar

Air mata itu kembali megalir deras, sangat deras membuat aku tidak tega untuk melanjutkan hal bodoh ini. Kuhentikan ciumanku, kelepaskan bibirku dari bibir Ibu, kutatap Ibuku yang terpejam matanya. Kemudian Ibu membuka matanya yang tergenang oleh air mata secara perlahan.

“Kenapa ibu menangis?” tanyaku

“Air mata ini adalah cinta Ibu ke Romo kamu yang tak pernah terbalas, biar mengalir keluar semuanya nak, Ibu ingin menyayangi kamu seutuhnya, jangan pedulikan air mata ini, ketika air mata ini berhenti, cinta Ibu ke Romo kamu telah habis, dan akan tergantikan olehmu” jelas Ibuku dengan suara yang parau

“tapi bu, Romo....” jawabku terputus

“Sekarang adalah Aku dan kamu ....Milikilah Ibu, Ibu sangat sayang kamu nak” potong Ibuku, Romo? Ada apa dengan romo? Masa bodohlah, sekarang ya sekarang antara Ibu ......... dan........ Aku, Arya.

“Arya juga sayang Ibu” jawabku sembari menatuhkan bibirku ke bibir Ibu, aku menciumnya kembali
Dedek arya mulai bangun, “kakak hoaaaaam, kenapa membangunkan aku?” mungkin itu yang akan dikatakan dedek arya kepadaku. Ciumanku berbalas ciumannya, Pagutan berbalas pagutan, hisapan berbalas hisapan. Indah rasanya seakan ini adalah mimpi. Tiba-tiba Ibu melepas ciumannya.

“Ibu sayang kamu, Arya” ucap Ibuku, dan Aku menjawabnya dengan anggukan.

“Jadikan Ibu milikmu nak...... buat Ibu milikmu seutuhnya dan bukan untuk Romomu yang kurang ajar itu........... sentuh ibu naaak mmm........” paksa Ibuku dengan nada yang mengeras.

Mendengar ucapan ini seakan-akan membuat aku merasa tersakiti oleh Romo. Ya Ibu pasti merasakan sakit karena Romo. Apa yang sebenarnya terjadi antara ibu dan Romo aku tidak pernah tahu. Tetapi dari ucapan Ibu sangat tersirat rasa benci yang terpendam. Hmmmm...... Kembali kucium Ibuku, kuarahkan kedua tanganku ke arah kebayanya, kurobek kebaya. Breeet breeeeet breeeet kurobek hingga terlihat kutang ibuku. Kebaya yang Ibu pakai sekarang hanya menutupi lengannya dan menggantung di tangan kanan dan kirinya. Ciuman antara aku dan Ibuku semakin panas, karena nyawa muda yang menggebu-gebu dan belum pernah merasakan hal ini sebelumnya membuat aku Ibu mendorong hingga rebah di tempat tidur. Posisi pantatnya tepat dipinggir ranjang dengan kaki yang masih terjuntai dilantai. Aku yang berdiri melihat kearah Ibuku, kupandang seorang wanita paruh baya dengan pakaian yang baru saja aku porak porandakan.

“Ayo nak ..... Ibu siap” perintah halus ibuku dengan senyumnya seakan-akan memberikan lampu hijau terang benderang agar aku melanjutkan, melanjutkan apa yang harus dilanjutkan.

Aku sedikit merunduk dan menarik ujung jarik Ibu, mengetahui aku akan kesulitan menarik jariknya Ibu mengangkat pinggangnya, dan kutarik jarit itu hingga ke bagian pinggang Ibuku. Tampak pemandangan yangpernah aku lihat dan Aku melihatnya lagi, vagina yang tertutup kain putih berbetuk segitiga. Kutarik lembut, Ibu memudahkannya dengan sedikit mengangkat pinggang dan kakinya yang jenjang sehingga terlepas sudah celana dalamnya dan terlihatlah apa yang semalam aku masuki. Kusentuh-sentuh dengan jariku, sekejap itu aku mendengar ibu merintih merasakan nikmat. Dengan cepat aku melepas celanaku beserta celana dalamku sambil tanganku kiriku masih mengelus-elus vagina Ibuku. Toeeeeng eeeeeng eeeeng.... “Bebas bebas.... sangkar mana sangkar mana diiiiimanaaaaaaaa” mungkin itu yang akan diteriakan oleh dedek Arya, dan akan aku jawab “ada didepan, sebentar ya”

“Bu..... ” tanyaku sambil kuelus-elus vagina Ibuku, Aku memang belum berpengalaman, semalam kejadian itu aku kesulitan memasukinya. Sekarang aku harus mencobanya seperti adegan film yang pernah aku tonton sebelumnya. Aku pastikan jalan masuknya dengan jempol dan jari telunjuk tangan kiriku untuk membukanya seperti adega-adegan dalam video. Mungkin pada kejadian awal aku tidak menceritakan secara detail apa yang aku tonton. Maklumlah semalam adalah kejadian yang tergesa-gesa dan pertama kali. Kali ini aku bisa sedikit tenang jadi aku bisa mengingat apa yang aku tonton secara detail.

“aaaaahhhhhhh..... nak.....” lenguh Ibuku ketika dua jariku mencoba membuka pintu vaginanya.
Setelah aku melihatnya, ku arahkan dedek arya dan kumasukan secara perlahan. Kini posisi kaki Ibu terangkat dan merenggang terbuka. Dan kedua tanganku memegang pinggang Ibuku.

“Aduh bu, sakit, sempit sekali.... kenapa tidak bis......sa mass.......suk......” ucapku, terus aku tancapkan dan kudorong dengan menahan rasa sakit. Kudorong dengan paksa tampak vagina ibuku sangan sempit dan keset. Kenapa di film bisa masuk dengan enaknya, kenapa ini malah seret sekali. Dengan usaha maksimal, Optimalku akhirnya dedek Arya hanya masuk setengahnya saja.

“Uftttttttttttt.....ahhhhhhhh...... besaaaaaaaaaaaaaar sekaaaaaaalllli......” 

“Sakiiiiit nak pelaaaaaaan.... punyamu keb.....bes....sar....ran ....hufffffttt..... aaaahhh” rintih kesakitan ibuku dengan kedua tangannya menahan tubuhku.

“Cobalah masukan setengah keluarkan, masukan lagi dan keluarkan nak, terus seperti itu, kalau hingga nyaman, setelah itu dorong sekuat tenaga kamu nak aaaaaisssshh” perintah Ibuku dengan nada cepat dan dahi mengrenyit menahan sakit.

Kupegang kedua pinggul Ibu, kulakukan apa yang dikatakan Ibuku, setengah masuk, keluar, setengah masuk keluar, setengah masuk, keluar, setengah masuk keluar, setengah masuk, keluar, setengah masuk keluar, setengah masuk, keluar, setengah masuk keluar, dan semakin lama aku melakukannya semakin licin, walau sedikit. Mula kurasakan kehangatan liang vagina Ibuku hangat sehangat sayangnya kepadaku. Tak pernah aku berpikir akan terjadi tapi ini pengalaman pertamaku. Bagai terkena Tsunami, dedek arya tenggelam di dalamnya.

“ufffftttt.....besar seka......li ..... naaaaak ......penuuuuuuuuh ” rintih kesakitan Ibuku disertai kedua kakinya yang mengapit pinggangku, dan rintihan itu membuat aku menghentikan gaya dorong.

“maaf bu, aku baru kedua kalinya, dan semalam adalah yang pertama, haruskah aku hentikan” ucapku sedikit menggoda. 

“tidak nak, tidak ibu suka, ibu suka cepat nak cepat ....ahhhhhhhhhhhhh....terasa penuh naaak” lanjut Ibuku

Air matanya semakin deras, semakin basah kedua pipi Ibuku. aku tidak mempedulikannya, aku harus menempatkan cintaku, biar air mata itu semakin keluar banyak, biar semakin Ibu mencintaiku. Ku lanjutkan gaya dorong tubuhku semakin cepat semakin cepat. 

“Enak sekali nak, Ibu suuuuuuka, punyaaaaamu menyentuh rahim Ibuuuuuuu, setubuhi Ibu nak, setubuhi ibu setubuhi Ibu, jadikan Ibu milikmuuuuuaaaaaaashhhh” racaunyaIbuku

“Ini untukmu Ibu, punyamu bu” ucapku sambil aku menggoyang pinggangku.

“ya punya Ibu, Ibu punyamu, milikmu nak....terus nak, terus.... buat Ibu semakin cinta kamu” ucap Ibuku

“Ya bu pasti, ah ah ah ah ah ah bu aku tresno sliramu bu (aku cinta kamu bu) ” ucapku sambil kupercepat gaya dorongku.

“Ibu juga nak,terus.... Terus nak, enak uftttt..... ah terus.......” racau Ibuku.

Teraasa vagina Ibu yang sempit menjadi semakin berlendir. Semakin memudahkan aku untuk memasukan dan mengeluarkan dedek arya. Kulihat wajah Ibu nan ayu dengan kebaya yang porak poranda akibat aku sobek. Payudara ibu masih terbungkus kutangnya, tapi aku bisa melihat susu Ibu seakan-akan hampir muntah kemungkinan karena ukuran kutang yang terlalu sesak. Pastinya payudara Ibu sangat besar dan menggairahkan. Tapi entah kenapa konsentrasiku saat ini hanya menggoyang dan terus menggoyangnya tanpa mempedulikan bagian tubuh Ibu yang lain. Selang beberapa menit aku menggoyang, tampak Ibuku gerakan Ibu semakin menggila. Semakin lama semakin tubuh Ibu mulai bergoyang semakin tak karuan. Kedua tangannya tampak menggenggam erat kain sprei. Bermenit-menit aku menggoyang hingga akhirnya .....

“Ibu mau keluar nak, Ibu meh methu(mau keluar).....” racaunya yang membuat aku heran, kenapa coba lagi asyik-asyiknya malah mau keluar?

“Keluar kemana bu?” tanyaku keheranan yang membuat pikiranku beralih sehingga gesekan yang terjadi malah tidak membuatku merasakan rangsangan. Jujur aku tidak mengerti maksud Ibuku.

“Wis pokoke di goyang terus wae (dah, pokoknya di goyang terus saja)” racau Ibuku merasakan sesuatu yang tidak aku rasakan karena mungkin aku tidak berkonsentrasi pada kegiatanku.

Kukembalikan konsentrasi pada peningkatan gaya dorongku, kupercepat goyanganku. Kupindahkan kedua tangaku masing-masing disamping tubuh Ibuku. Kini kedua tanganku menopang tubuhku. Membuat Ibu semakin menggila karenanya, kuarahkan pandanganku ke Ibu kulihat wajahnya yang cantik tampak sedikit awut-awutan. Menggeleng kekanan dan kekiri, tubuhnya bergetar seakan-akan terkena gempa 10 skala ritcher dan tiba-tiba tubuh ibu melengking...

“Ibu keluar..... aaaaaaaaaaaaahhhhhh......... eeeeeeeeehmmmmmmmmmmmmm” ibu merasakan seuatu yang membuatnya melemah, tapi aku tidak tahu apa itu karena tidak ada komando dari Ibu aku terus melakukan goyangan terus dan terus. Ibu yang terlihat ingin istirahat Ibu terkejut karena aku masih terus menggoyangnya. Terasa ada cairan yang membasahi dedek Arya tapi aku tidak peduli aku terus mempercepat goyanganku.

“aduh nak is....ti......ra.....hat du......lu aaaahhhh..... ah ah eeeeeeeeeh” racau Ibu, tapi tak jelas kudengar karena suaranya terlalu lirih, aku tetap menggoyang. Melihat paras ayunya membuatku semakin menggebu-gebu. Paras ayu nan pasrah membuat aku mendidih jika diteruskan mungkin aku akan menguap. Goyangan demi goyangan, hentakan demi hentakan aku lancarkan kedalam vagina Ibuku. Hingga aku merasakan sesuatu ingin keluar dari dedek arya, sama seperti yang aku rasakan saat mimpi basah. Kelihatanya aku merasakan apa yang dirasakan laki-laki dalam film itu. Sperma? Ya ini pasti sperma yang akan keluar, seperti kata guru biologiku waktu SMA.

“Ibu aku pengen pipis .... aduh ..... akkhhhh.... pipisku hampir keluar bu..... Ibu.... cintaku ...... sayangku .....kekasihku..... ooooooohhhhhh” racauku dengan suara yang keras

“Ke....luar.....kan sa.....ja nak, di... da....lam.....” racau Ibu
Semakin cepat aku menggoyang dan....
“Aku pipis buuuuu....... Ibuku cintaku..... AKu cinta Ibu” kuhjamkan sangat dalam hingga mentok di dalam vagina Ibuku.
“Tak trimo tresnomu le (ku terima cintamu le) aaaaaaaaaaaaaah” racau Ibuku

Crot....crot.... Crot....crot.... Crot....crot.... Crot....crot.... Crot....

Sepuluh kali aku merasakan sperma itu keluar hingga aku tak kuat menahan beban tubuhku sendiri. Aku Ambruk dan langsung kerabahkan tubuhku di atas tubuh Ibuku yang berbalut kutang. Kupeluk Ibuku dan kuciumi leher Ibuku. Tampak kebahagiaan terpancar dari wajah Ibu yang kemudian memeluk erat tubuhku. Terasa terbang ke awan-awan putih nan indah. Oooooohh........
Load disqus comments

0 komentar